This is default featured slide 1 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 2 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 3 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 4 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 5 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
Senin, 07 November 2016
Jumat, 30 September 2016
MINGGU 4 : ETIKA BISNIS “NORMA DAN ETIKA DALAM PEMASARAN PRODUKSI, MANAJEMEN SDM DAN FINANSIAL
A. ETIKA BISNIS DI BIDANG PEMASARAN
Definisi Konsep Pemasaran :
Falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan
konsumen merupakansalah satu syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup
perusahaan.
Tahapan-tahapan dalam Manajemen Pemasaran :
1. Tahap orientasi
Produksi :
·
Tujuan dan perencanaan
perusahaan ditentukan oleh Bagian Produksi
·
Tugas Bagian
Penjualan hanya menjual dan mengkoordinasikan tenaga penjual
·
Harga produk sudah
ditentukan oleh Bagian Produksi dan Bagian Keuangan
·
Konsep yang
dianut disebut Konsep Produksi
2. Tahap orientasi
Penjualan
·
Pengukuran
keberhasilan perusahaan ditentukan oleh volume penjualan dan bukan laba
perusahaan
·
Konsep yang dianut
disebut Konsep Penjualan
B. NORMA
dan ETIKA PADA BIDANG PRODUKSI
Pengertian produksi adalah Produksi yang menghasilkan barang dan jasa baru
sehingga dapat menambah jumlah, mengubah bentuk, atau memperbesar ukurannya.
Misalnya beternak dan bercocok tanam. Produksi diartikan sebagai kegiatan untuk
meningkatkan atau menambah daya guna suatu barang sehingga lebih bermanfaat.
Hal yang wajib diperhatikan dalam etika produksi (Bisnis)
1. Nilai Nilai merupakan
aturan main yang dibuat pengusaha dan menjadi patokan dalam berusaha.
2. Hak dan Kewajiban
Pengusaha yang mengerti etika akan meminta haknya sebagai pihak yang mendapat
keuntungan dari hasil usaha, namun ia juga memahami kewajibannya. Misalnya
menggaji karyawan, membayar pajak dan sebagainya.
3. Peraturan moral
Peraturan moral menjadi acuan tertulis yang sangat penting bagi pengusaha
ketika mengalami dilema atau permasalahan, baik internal atau eksternal.4.
Hubungan Manusia Beberapa sikap pengusaha yang menunjukkan sikap kepedulian
terhadap hubungan manusia sebagai berikut.
a. Menepati janji
yang telah dibuat, apabila berjanji ikut mengelola lingkungan hidup.
b. Saling membantu,
misalnya mempreoritaskan perekrutan karyawan dari masyarakat di sekitar
perusahaan.
c. Menghargai
orang lain, misalnya memberikan gaji yang layak kepada karyawan.
d. Menghargai milik orang
lain, misalnya hak cipta.
Berikut Beberapa Contoh Pelanggaran Etika Produksi :
1. Penggunaan Boraks pada Nata De coco
2. Melamin pada produk susu
C. Peranan Etika Bisnis Dalam Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen SDM (sumber daya manusia)
merupakan suatu proses menangani berbagai masalah pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh, manajer dan tenaga
kerja lainnya, untuk dapat menunjang aktifitas organisasi atau perusahaan demi
mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Bagian atau unit yang biasanya
mengurusi SDM adalah departemen sumber daya manusia atau
HRD (human
resource department).
Menurut A.F. Stoner, manajemen
SDM merupakan suatu prosedur yang
berkelanjutan, yang bertujuan untuk memasok suatu organisasi atau perusahaan
dengan orang-orang yang tepat untuk ditempatkan pada posisi dan jabatan yang
tepat pada saat organisasi memerlukannya.
Fungsi operasional dalam Manajemen
SDM merupakan dasar pelaksanaan proses MSDM yang efisien dan efektif dalam
pencapaian tujuan organisasi/perusahaan.
Fungsi operasional tersebut
terbagi lima, secara singkat sebagai berikut:
1.
Fungsi
Pengadaan, yaitu proses penarikan seleksi,penempatan,orientasi,dan induksi
untuk mendapatkan karyawan yang
sesuai kebutuhan perusahaan (the right man in the right place).
2.
Fungsi
Pengembangan, yaitu proses peningkatan ketrampilan teknis, teoritis,konseptual,
dan moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan.
Pendidikan dan latihan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan pekerjaan
masa kini maupun masa depan.
3.
Fungsi
Kompensasi, yaitu pemberian balas jasa langsung dan tidak lansung berbentuk
uang atau barang kepada karyawan sebagai imbal jasa (output)
yang diberikannya kepada perusahaan. Prinsip kompensasi adalah adil dan layak sesuai
prestasi dan
tanggung jawab karyawan tersebut.
4.
Fungsi
Pengintegrasian, yaitu kegiatan untuk mempersatukan kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan, sehingga tercipta
kerjasama yang serasi dan saling menguntungkan. Dimana Pengintegrasian adalah
hal yang penting dan sulit dalam Manajemen SDM, karena mempersatukan dua aspirasi/kepentingan
yang bertolak belakang antara karyawan dan perusahaan.
5.
Fungsi
Pemeliharaan, yaitu kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan kondisi fisik,
mental dan loyalitas karyawan agar tercipta hubungan jangka panjang.
Pemeliharaan yang baik dilakukan dengan program K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) .
Tidak
bisa dipungkiri, perubahan teknologi yang sangat cepat, memaksa organisasi
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
usahanya. Perubahan tersebut telah menggeser fungsi-fungsi manajemen SDM yang
selama ini hanya dianggap sebagai kegiatan administrasi, yang
berkaitan dengan perekrutan pegawai staffing, coordinating yang dilakukan oleh
bagian personalia saja. Saat ini manajemen SDM berubah dan fungsi spesialisasi
yang berdiri sendiri menjadi fungsi yang terintegrasi dengan seluruh fungsi
lainnya di dalam organisasi, untuk bersama-sama mencapai sasaran yang sudah
ditetapkan serta memiliki fungsi perencanaan yang
sangat strategik dalam organisasi, dengan kata lain fungsi SDM lama menjadi
lebih bersifat strategik. Oleh karena itu, manajemen SDM mempunyai kewajiban
untuk memahami perubahan yang semakin komplek yang selalu terjadi di lingkungan
bisnis. Ia juga harus mengantisipasi perubahan teknologi, dan
memahami dimensi internasional yang mulai memasuki bisnis, akibat informasi
yang berkembang cepat. Perubahan paradigma dari manajemen SDM tersebut telah
memberikan fokus yang berbeda dalam melaksanakan fungsinya didalam organisasi.
Ada kecenderungan untuk mengakui pentingnya SDM dalam organisasi dan pemusatan
perhatian pada kontribusi fungsi SDM bagi keberhasilan pencapaian tujuan strategi perusahaan. Hal ini dapat dilakukan perusahaan
dengan mengintegrasikan pembuatan keputusan strateginya dengan fungsi-fungsi
SDM. Dengan demikian, maka akan semakin besar kesempatan untuk memperoleh keberhasilan.
Berdasarkan
uraian pengertian etika dan manajemen sumber daya manusia maka etika manajemen
sumber daya manusia dapat diartikan
sebagai ilmu yang menerapkan
prinsip-prinsip etika tehadap hunungan dengan sumber daya manusia dan
kegiataannya.
D. Norma dan Etika di Dalam Bidang Manajemen
Keuangan/Financial
Ø Peranan dan manfaat etika bisnis di bidang
manajemen keuangan
Manajemen
keuangan adalah manajemen yang mengaitkan pemerolehan (acquisition), pembiayaan/pembelanjaan (financing), dan manajemen aktiva dengan tujuan secara menyeluruh
dari suatu perusahaan. Manajemen terhadap fungsi keuangan adalah semua
kegiatan/aktivitas perusahaan yang bersangkutan dengan usaha mendapatkan dana
yang dibutuhkan oleh perusahaan menggunakan dana tersebut seefisien mungkin.
Manajemen
keuangan dalam perkembangannya telah berubah:
·
Dari
studi yang bersifat deskriptif menjadi studi yang meliputi analisis dan teori
yang normatif.
·
Dari
bidang yang meliputi penggunaan dana/alokasi dana menjadi manajemen dari aktiva
dan penilaian perusahaan di dalam pasar secara keseluruhan.
·
Dari
bidang yang menekankan pada analisis eksternal perusahaan menjadi bidang yang
menekankan pada pengambilan keputusan di dalam perusahaan.
Ø
Pada
dasarnya masalah manajemen keuangan adalah:
"Menyangkut
masalah keseimbangan finansial di dalam perusahaan, yaitu mengadakan
keseimbangan antara aktiva dengan pasiva yang dibutuhkan serta mencari susunan
kualitatif daripada aktiva dan pasiva tersebut dengan sebaik-baiknya."
Pemilihan
susunan kualitatif daripada aktiva akan menentukan "Struktur Kekayaan
Perusahaan". Dengan mengklasifikasi aktiva produktif akan dapat meningkat
kinerja keuangan perusahaan tersebut, seperti: tanah, modal, dan sebagainya.
Pemilihan
susunan kualitatif daripada pasiva akan menentukan "Struktur
Finansial" dan "Struktur Modal" Perusahaan.
Dengan
pemilihan susunan yang tepat komposisi ini akan membantu perusahaan dalam
mengatur neraca maupun cash fine perusahaan dengan baik dalam mencapai profit.
MINGGU 3 : ETIKA BISNIS “PRINSIP DALAM BISNIS DAN LINGKUNGAN”
Menurut Dr.
H. Budi Untung, Pengertian Etika Bisnis adalah pengetahuan
tentang tata cara ideal pengaturan dan pengelolaan bisnis yang memperhatikan
norma dan moralitas yang berlaku secara universal dan secara ekonomi atau
sosial. Penerapan norma dan moralitas ini menunjang maksud dan tujuan kegiatan
dalam bisnis. Dalam penerapan etika bisnis, maka bisnis mesti mempertimbangkan
unsur norma dan moralitas yang berlaku di dalam masyarakat. Di samping itu
etika bisnis dapat digerakkan dan dimunculkan dalam perusahaan sendiri karena
memiliki relevansi yang kuat dengan profesionalisme bisnis.
Ø
Prinsip Prinsip Etika Bisnis
Secara
umum etika bisnis merupakan acuan cara yang harus ditempuh oleh perusahaan
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Oleh karena itu, etika bisnis
memiliki prinsip-prinsip umum yang dijadikan acuan dalam melaksanakan kegiatan
dan mencapai tujuan bisnis yang dimaksud. Adapun prinsip prinsip etika bisnis
tersebut sebagai berikut :
1. Prinsip Otonomi dalam Etika Bisnis
Prinsip
otonomi dalam etika bisnis adalah bahwa perusahaan secara bebas memiliki
kewenangan sesuai dengan bidang yang dilakukan dan pelaksanaannya sesuai dengan
visi dan misi yang dipunyainya. Contoh prinsip otonomi dalam etika binis :
perusahaan tidak tergantung pada pihak lain untuk mengambil keputusan tetapi
perusahaan memiliki kekuasaan tertentu sesuai dengan misi dan visi yang diambilnya
dan tidak bertentangan dengan pihak lain.
Dalam
prinsip otonomi etika bisnis lebih diartikan sebagai kehendak dan rekayasa
bertindak secara penuh berdasar pengetahuan dan keahlian perusahaan dalam usaha
untuk mencapai prestasi-prestasi terbaik sesuai dengan misi, tujuan dan sasaran
perusahaan sebagai kelembagaan. Disamping itu, maksud dan tujuan kelembagaan
ini tanpa merugikan pihak lain atau pihak eksternal.
Dalam
pengertian etika bisnis, otonomi bersangkut paut dengan kebijakan eksekutif
perusahaan dalam mengemban misi, visi perusahaan yang berorientasi pada
kemakmuran , kesejahteraan para pekerjanya ataupun komunitas yang dihadapinya.
Otonomi disini harus mampu mengacu pada nilai-nilai profesionalisme pengelolaan
perusahaan dalam menggunakan sumber daya ekonomi. Kalau perusahaan telah
memiliki misi, visi dan wawasan yang baik sesuai dengan nilai universal maka
perusahaan harus secara bebas dalam arti keleluasaan dan keluwesan yang melekat
pada komitmen tanggung jawab yang tinggi dalam menjalankan etika bisnis.
Dua
perusahaan atau lebih sama-sama berkomitmen dalam menjalankan etika bisnis,
namun masing-masing perusahaan dimungkinkan menggunakan pendekatan berbeda-beda
dalam menjalankannya. Sebab masing-masing perusahaan dimungkinkan menggunakan
pendekatan berbeda-beda dalam menjalankannya. Sebab masing-masing perusahaan
memiliki kondisi karakter internal dan pendekatan yang berbeda dalam mencapai
tujuan, misi dan strategi meskipun dihadapkan pada kondisi dan karakter
eksternal yang sama. Namun masing-masing perusahaan memiliki otoritas dan
otonomi penuh untuk menjalankan etika bisnis. Oleh karena itu konklusinya dapat
diringkaskan bahwa otonomi dalam menjalankan fungsi bisnis yang berwawasan
etika bisnis ini meliputi tindakan manajerial yang terdiri atas : (1) dalam
pengambilan keputusan bisnis, (2) dalam tanggung jawab kepada : diri sendiri,
para pihak yang terkait dan pihak-pihak masyarakat dalam arti luas.
2. Prinsip Kejujuran dalam Etika Bisnis
Prinsip
kejujuran dalam etika bisnis merupakan nilai yang paling mendasar dalam
mendukung keberhasilan kinerja perusahaan. Kegiatan bisnis akan berhasil jika
dikelola dengan prinsip kejujuran. Baik terhadap karyawan, konsumen, para
pemasok dan pihak-pihak lain yang terkait dengan kegiatan bisnis ini. Prinsip
yang paling hakiki dalam aplikasi bisnis berdasarkan kejujuran ini terutama
dalam pemakai kejujuran terhadap diri sendiri. Namun jika prinsip kejujuran
terhadap diri sendiri ini mampu dijalankan oleh setiap manajer atau pengelola
perusahaan maka pasti akan terjamin pengelolaan bisnis yang dijalankan dengan
prinsip kejujuran terhadap semua pihak terkait.
3. Prinsip Keadilan dalam Etika Bisnis
Prinsip
keadilan yang dipergunakan untuk mengukur bisnis menggunakan etika bisnis
adalah keadilan bagi semua pihak yang terkait memberikan kontribusi langsung
atau tidak langsung terhadap keberhasilan bisnis. Para pihak ini terklasifikasi
ke dalam stakeholder. Oleh karena itu, semua pihak ini harus
mendapat akses positif dan sesuai dengan peran yang diberikan oleh
masing-masing pihak ini pada bisnis. Semua pihak harus mendapat akses layak
dari bisnis. Tolak ukur yang dipakai menentukan atau memberikan kelayakan ini
sesuai dengan ukuran-ukuran umum yang telah diterima oleh masyarakat bisnis dan
umum. Contoh prinsip keadilan dalam etika bisnis : dalam alokasi sumber daya
ekonomi kepada semua pemilik faktor ekonomi. Hal ini dapat dilakukan dengan
cara memberikan harga yang layak bagi para konsumen, menyepakati harga yang
pantas bagi para pemasok bahan dan alat produksi, mendapatkan keuntungan yang
wajar bagi pemilik perusahaan dan lain-lain.
4.
Prinsip Hormat Pada Diri Sendiri dalam Etika Bisnis
Prinsip
hormat pada diri sendiri dalam etika bisnis merupakan prinsip tindakan yang
dampaknya berpulang kembali kepada bisnis itu sendiri. Dalam aktivitas bisnis
tertentu ke masyarakat merupakan cermin diri bisnis yang bersangkutan. Namun
jika bisnis memberikan kontribusi yang menyenangkan bagi masyarakat, tentu
masyarakat memberikan respon sama. Sebaliknya jika bisnis memberikan image yang
tidak menyenangkan maka masyarakat tentu tidak menyenangi terhadap bisnis yang
bersangkutan. Namun jika para pengelola perusahaan ingin memberikan respek
kehormatan terhadap perusahaan, maka lakukanlah respek tersebut para pihak yang
berkepentingan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Segala
aspek aktivitas perusahaan yang dilakukan oleh semua armada di dalam perusahaan,
senantiasa diorientasikan untuk memberikan respek kepada semua pihak yang
berkepentingan terhadap perusahaan. Dengan demikian, pasti para pihak ini akan
memberikan respek yang sama terhadap perusahaan. Sebagai contoh prinsip hormat
pada diri sendiri dalam etika bisnis : manajemen perusahaan dengan team wornya
memiliki falsafah kerja dan berorientasikan para pelanggan akan makin fanatik
terhadap perusahaan. Demikian juga, jika para manajemennya berorientasikan pada
pemberian kepuasan kepada karyawan yang berprestasi karena sepadan dengan
prestasinya maka dapat dipastikan karyawan akan makin loya terhadap perusahaan.
Ø
Prinsip Etika dilingkungan Hidup
Keraf (2005 : 143-159) memberikan minimal ada sembilan prinsip dalam etika lingkungan hidup :
1. Sikap hormat terhadap
alam atau respect for nature alam mempunyai hak untuk dihormati, tidak saja
karena kehidupan manusia tergantung pada alam, tetapi terutama karena kenyataan
ontologis bahwa manusia adalah bagian integral dari alam.
2. Prinsip tanggung jawab
atau moral responsibility for nature prinsip tanggung jawab bersama ini, setiap
orang dituntut dan terpanggil untuk bertanggung jawab memelihara alam semesta
ini sebagai milik bersama dengan cara memiliki yang tinggi seakan milik pribadinya
3. Solidaritas kosmis
atau cosmic solidarity solidaritas kosmis mendorong manusia untuk menyelamatkan
lingkungan, untuk menyelamatkan semua kehidupan di alam.
4. Prinsip kasih sayang
dan kepedulian terhadap alam atau caring for nature
Prinsip kasih sayang dan kepedulian terhadap alam merupakan prinsip moral, yang artinya tanpa mengharapkan balasan
Prinsip kasih sayang dan kepedulian terhadap alam merupakan prinsip moral, yang artinya tanpa mengharapkan balasan
5. Prinsip tidak
merugikan atau no harm merupakan prinsip tidak merugikan alam secara tidak
perlu,. tidak perlu melakukan tindakan yang merugikan atau mengancam eksistensi
makhluk hidup lainnya.
6. Prinsip hidup
sederhana dan selaras dengan alam prinsip ini menekankan pada nilai, kualitas,
cara hidup, dan bukan kekayaan, sarana, standart material.
7. Prinsip keadilan
prinsip keadilan lebih diekankan pada bagaimana manusia harus berperilaku satu
terhadap yang lain dalam keterkaitan dengan alam semesta dan bagaimana sistem
sosial harus diatur.
8. Prinsip demokrasi alam
semesta sangat beraneka ragam. demokrasi memberi tempas yang seluas – luasnya
bagi perbedaan, keanekaragaman, dan pluralitaas. oleh karena itu orang yang
peduli terhadap lingkungan adalah orang yang demokratis.
9. Prinsip integritas
moral prinsip ini menuntut pejabat publik agar mempunyai sikap dan perilaku
terhormat serta memegang teguh prinsip – prinsip moral yang mengamankan
kepentingan publik.
SUMBER :
https://sitinovianti.wordpress.com/2015/10/24/prinsip-etika-dalam-bisnis-serta-etika-dan-lingkungan/
MINGGU 2 ETIKA BISNIS "model etika dalam bisnis , sumber nilai etika & faktor-faktor yang mempengaruhi etika manajerial"
A.
Model Etika Dalam Bisnis
1. Immamoral Manajemen
Immaoral manajemen merupakan tingkatan terendah dari model
manajemen dalam menerapkan prinsip-prinsip etika bisnis. Manajer yang memiliki
manajemen tipe ini pada umumnya sama sekali tidak memindahkan apa yang dimaksud
dengan moralitas, baik dalam internal organisasinya maupun bagaimana dia
menjalankan aktivitas bisnisnya. Para pelaku bisnis yang tergolong pada tipe
ini, biasanya memanfaatkan kelemahan dan kelengahan-kelengahan dalam komunitas
untuk kepentingan dan keuntungan diri sendiri, baik secara individu atau
kelompok mereka. Kelompok manajemen ini selalu menghindari diri dari yang
disebut etika. Bahan hukum dianggap sebagai batu sandungan dalam menjalankan
bisnisnya.
2. Ammoral Manajemen
Tingkatan kedua dalam aplikasi etika dan moralitas dalam manajemen
adalah amoral manajemen. Berbeda dengan immoral manajemen, manajer dengan tipe
manajemen seperti ini sebenarnya bukan tidak tahu sama sekali etika atau
moralitas. Ada dua jenis lain manajemen tipe amoral ini, yaitu Pertama, manajer
yang tidak sengaja berbuat amoral (unintentional amoral manager). Tipe ini
adalah para manajer yang dianggap kurang peka, bahwa dalam segala keputusan
bisnis yang diperbuat sebenarnya langsung atau tidak langsung akan memberikan
efek pada pihak lain. Oleh karena itu, mereka akan menjalankan bisnisnya tanpa
memikirkan apakah aktivitas bisnisnya sudah memiliki dimensi etika atau belum.
Manajer tipe ini mungkin saja punya niat baik, namun mereka tidak bisa melihat
bahwa keputusan dan aktivitas bisnis mereka apakah merugikan pihak lain atau
tidak. Tipikal manajer seperti ini biasanya lebih berorientasi hanya pada hukum
yang berlaku, dan menjadikan hukum sebagai pedoman dalam
beraktivitas. Kedua, tipe manajer yang sengaja berbuat amoral. Manajemen
dengan pola ini sebenarnya memahami ada aturan dan etika yang harus dijalankan,
namun terkadang secara sengaja melanggar etika tersebut berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan bisnis mereka, misalnya ingin melakukan efisiensi dan
lain-lain. Namun manajer tipe ini terkadang berpandangan bahwa etika hanya
berlaku bagi kehidupan pribadi kita, tidak untuk bisnis. Mereka percaya bahwa
aktivitas bisnis berada di luar dari pertimbangan-pertimbangan etika dan
moralitas.
Widyahartono (1996:74) mengatakan prinsip bisnis amoral itu
menyatakan “bisnis adalah bisnis dan etika adalah etika, keduanya jangan
dicampur adukan”. Dasar pemikiran sebagai berikut:
Bisnis adalah suatu bentuk persaingan yang mengutamakan dan
mendahulukan kepentingan ego-pribadi. Bisnis diperlakukan seperti permainan
(game) yang aturannya sangat berbeda dari aturan yang ada dalam kehidupan
sosial pada umumnya.
Orang yang mematuhi aturan moral dan ketetapan sosial
(sosial responsiviness) akan berbeda dalam posisi yang tidak mengutamakan di
tengah persaingan ketat yang mengenal “values” yang menghasilkan segala cara.
3. Moral Manajemen
Tingkatan tertinggi dari penerapan nilai-nilai etika atau
moralitas dalam bisnis adalah moral manajemen. Dalam moral manajemen,
nilai-nilai etika dan moralitas diletakkan pada level standar tertinggi dari
segala bentuk prilaku dan aktivitas bisnisnya. Manajer yang termasuk dalam tipe
ini hanya menerima dan mematuhi aturan-aturan yang berlaku namun juga terbiasa
meletakkan prinsip-prinsip etika dalam kepemimpinannya. Seorang manajer yang
termasuk dalam tipe ini menginginkan keuntungan dalam bisnisnya, tapi hanya
jika bisnis yang dijalankannya secara legal dan juga tidak melanggar etika yang
ada dalam komunitas, seperti keadilan, kejujuran, dan semangat untuk mematuhi
hukum yang berlaku. Hukum bagi mereka dilihat sebagai minimum etika yang harus
mereka patuhi, sehingga aktifitas dan tujuan bisnisnya akan diarahkan untuk
melebihi dari apa yang disebut sebagai tuntutan hukum. Manajer yang bermoral
selalu melihat dan menggunakan prinsip-prinsip etika seperti, keadilan,
kebenaran, dan aturan-aturan emas (golden rule) sebagai pedoman dalam segala
keputusan bisnis yang diambilnya.
B. Sumber Nilai Etika
1. Agama
Bermula dari buku Max Weber The Protestant Ethic and Spirit
of Capitalism (1904-5) menjadi tegak awal keyakinan orang adanya hubungan erat
antara ajaran agama dan etika kerja, atau anatara penerapan ajaran agama dengan
pembangunan ekonomi. Etika sebagai ajaran baik-buruk, slah-benar, atau
ajaran tentang moral khususnya dalam perilaku dan tindakan-tindakan ekonomi,
bersumber terutama dari ajaran agama. Itulah sebabnya banyak ajaran dan paham
dalam ekonomi Barat menunjuk pada kitab Injil (Bibble), dan etika ekonomi
yahudi banyak menunjuk pada Taurat. Demikian pula etika ekonomi Islam termuat
dalam lebih dari seperlima ayat-ayat yang muat dalam Al-Qur’an.
Etika bisnis menurut ajaran Islamdigali langsung dari Al
Quran dan Hadits Nabi. Dalam ajaran Islam, etika bisnis dalam Islam menekakan
pada empat hal Yaitu : Kesatuan (Unity), Keseimbangan (Equilibrium), Kebebasan
(FreeWill) dan tanggung jawab (Responsibility). Etika bisnis Islam menjunjung
tinggi semangat saling percaya, kejujuran dan keadilan, sedangkan antara
pemilik perusahaan dan karyawan berkembangan semangat kekeluargaan
(brotherhood). Misalnya dalam perusahaan yang islami gaji karyawan dapat
diturunkan jika perusahaan benar-benar merugi dan karyawan juga mendapat bonus
jika keuntungan perusahaan meningkat. Buruh muda yang masing tinggal bersama orang
tua dapat dibayar lebih rendah, sedangkan yang sudah berkeluarga dan punya anak
dapat dibayar lebih tinggi disbanding rekan-rekannya yang muda.
2. Filosofi
Salah satu sumber nilai-nilai etika yang juga menjadi acuan
dalam pengambilan keputusan oleh manusaia adalah ajaran-ajaran Filosofi. Ajaran
filosofi tersebut bersumber dari ajaran-ajaran yang diwariskan dari
ajaran-ajaran yang sudah diajarkan dan berkembang lebih dari 2000 tahun yang
lalu. Ajaran ini sangat komplek yang menjadi tradisi klasik yang bersumber dari
berbagai pemikiran para fisuf-filsuf saat ini. Ajaran ini terus berkembanga
dari tahun ke tahun.
Di Negara barat, ajaran filosofi yang paling berkembang
dimulai ketika zaman Yunani kuno pada abd ke 7 diantaranya Socrates (470 Sm-399
SM) Socrate percaya bahwa manusia ada untu suatu tujuan, dan bahwa salah dan
benar memainkan peranan yang penting dalam mendefinisikan hubungan seseorang
dengan lingkungan dan sesamanya sebagai seorang pengajar, Socrates dikenang
karena keahliannya dalam berbicara dan kepandaian pemikirannya. Socretes
percaya bahwa kebaikan berasal dari pengetahuan diri, dan bahwa manusia pada
dasarnya adalah jujur, dan bahwa kejahatan merupakan suatu upaya akibat salah
pengarahan yang membebani kondisi seseorang. Pepatah yang terkenal mengatakan.
“Kenalilah dirimu” dia yang memperkanalkan ide-ide
bahwa hukum moral lebih inggi daripada hukum manusia.
3. Budaya
Referensi penting lainnya yang dapat
dimanfaatkan sebagai acuan etika bisnis adalah
pengalaman dan perkembangan budaya, baik budaya dari suatu bangsa maupun budaya yang bersumber dari berbagai negara
(Cracken, 1986). Budaya
yang mengalami transisi akan melahirkan nilai, aturan-aturan dan standar-standar yang diterima oleh suatu komunitas
tertentu dan selanjutnya diwujudkan
dalam perilaku seseorang, suatu kelompok atau suatu komunitas yang lebih besar. Budaya adalah suatu
sistem nilai dan norma yang diberikan pada suatu
kelompok atau komunitas manusia dan ketika itu disepakati atau disahkan bersama-sama sebagai landasan dalam kehidupan
(Rusdin, 2002).
4. Hukum
Adalah perangkat aturan-aturan yang dibuat oleh pemerintah
dalam rangka untuk menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Hukum
menentukan ekspektasi-ekspektasi etika yang diharapkan dalam komunitas dan
mencoba mengatur serta mendorong para perbaikan-perbaikan masalah-masalah yang
dipandang buruk atau tidak baik dalam komunitas. Sebenarnya bila kita berharap
bahwa dengan hukum dapat mengantisipasi semua tindakan pelanggaran sudah pasti
ini menjadi suatu yang mustahil. Karena biasanya hukum dibuat setelah
pelanggaran yang terjadi dalam komunitas.
5. Leadership
Pemimpin adalah suatu lakon/peran dalam sistem tertentu;
karenanya seseorang dalam peran formal belum tentu memiliki ketrampilan
kepemimpinan dan belum tentu mampu memimpin. Istilah Kepemimpinan pada dasarnya
berhubungan dengan ketrampilan, kecakapan, dan tingkat pengaruh yang dimiliki
seseorang; oleh sebab itu kepemimpinan bisa dimiliki oleh orang yang bukan
"pemimpin".
Arti pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan
dan kelebihan, khususnya kecakapan/ kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu
mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan. Pemimpin adalah seorang
pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan - khususnya kecakapan-kelebihan
di satu bidang , sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk pencapaian satu beberapa tujuan.
(Kartini Kartono, 1994 : 181).
6. Strategi dan Performasi
Pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan
gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu.Fungsi
yang penting dari sebuah manajemen adalah untuk kreatif dalam menghadapi
tingginya tingkat persaingan yang membuat perusahaannya mencapai tujuan
perusahaan terutama dari sisi keuangan tanpa harus menodai aktivitas bisnisnya
berbagai kompromi etika. Sebuah perusahaan yang jelek akan memiliki kesulitan
besar untuk menyelaraskan target yang ingin dicapai perusahaannya dengan
standar-standar etika. Karena keseluruhan strategi perusahaan yang disebut
excellence harus bisa melaksanakan seluruh kebijakan-kebijakan perusahaan guna
mencapai tujuan perusahaan dengan cara yang jujur.
7. Karakter Individu
Merupakan suatu proses psikologi yang mempengaruhi individu
dalam memperoleh, mengkonsumsi serta menerima barang dan jasa serta pengalaman.
Karakteristik individu merupakan faktor internal (interpersonal) yang
menggerakan dan mempengaruhi perilaku individu”. Perjalanan hidup suatu
perusahaan tidak lain adalah karena peran banyak individu dalam menjalankan
fungsi-fungsinya dalam perusahaan tersebut. Perilaku para individu ini tentu
akan sangat mempengaruhi pada tindakan-tindakan mereka ditempat kerja atau dalam
menjalankan aktivitas bisnisnya. Semua kualitas individu nantinya akan
dipengaruhi oleh beberapa factor-faktor yang diperoleh dari luar dan kemudian
menjadi prinsip yang dijalani dalam kehidupannya dalam
bentuk perilaku. Faktor –faktor tersebut yang pertama adalah
pengaruh budaya, pengaruh budaya ini adalah pengaruh nilai-nilai yang dianut
dalam keluarganya.
8. Budaya Organisasi
Menurut Mangkunegara, (2005:113), budaya organisasi adalah
seperangkat asumsi atau sistem keyakinan, nilai-nilai dan norma yang
dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi
anggota-anggotanya untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi
internal.
Budaya organisasi juga berkaitan dengan bagaimana karyawanmemahami
karakteristik budaya suatu organisasi, dan tidak terkait dengan apakah karyawan
menyukai karakteristik itu atau tidak. Budaya organisasi adalah suatu sikap
deskriptif, bukan seperti kepuasan
kerjayang lebih bersifat evaluatif.
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Etika Manajerial
1. Manajer
secara pribadi, pengaruh keluarga, nilai-nilai dan agama serta kebutuhan dan
standar pribadi akan menentukan tindakan etis dari manajer pada situasi-situasi
tertentu.
2.
Organisasi,
mempengaruhi etika manajerial berdasarkan kebijaksanaan, aturan, perilaku
atasan dan perilaku rekan sekerja yang dapat mendukung dan mendorong tumbuhnya
budaya organisasi sehingga mempengaruhi perilaku etis manajer dan karyawan.
3.
Lingkungan luar,
seperti peraturan pemerintah, norma dan nilai masyarakat serta keadaan industri
atau pesaing mempengaruhi perilaku mereka dalam organisasi.
SUMBER :